KONSEP KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
A.
Konsep
Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan pada dasarnya
berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata “pimpin”
melahirkan kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing atau menuntun dan kata
benda “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang yang
membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan.
Adapun dalam pengertiannya, menurut
Gibson mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya
mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan.
Menurutnya, kepemimpinan melibatkan penggunanaan pengaruh dan semua hubungan
dapat melibatkan kepemimpinan.
Sedangkan menurut Yulk, mengatakan
bahwa kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi, yang mempengaruhi
interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari
sasaran-sasaran bagi kelompok atau birokrasi, pengorganisasian dari
aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran tersebut, motivasi dari para
pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork,
serta perolehan dukungan dan kerja samadari orang-orang yang berada diluar
kelompok atau birokrasi.[1]
Pendapat lain berasal dari Koontz
yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh, seni atau proses
mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha dalam mencapai tujuan
kelompok dengan kemauan dan antusias. Robins mendefinisikan bahwa kepemimpinan
sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan organisasi.[2]
Secara historis terdapat tiga konsep
kepemimpinan,[3]
yakni :
1.
Konsep
kepemimpinan yang mendasarkan pendekatan sifat.
Konsep
ini menguraikan dari sudut sifat pribadi seorang pemimpin. Pada masa lalu,
bahkan sampai sekarang, seorang pemimpin biasanya memiliki sifat berani.
2.
Konsep
kepemimpinan yang mendasarkan pendekatan pada situasi.
Konsep
ini lebih menekankan bahwa kunci efektivitas kepemimpinan seseorang terletak
pada situasi dimana seorang pemimpin menjalankan kegiatannya.
3.
Konsep
kepemimpinan yang mendasarkan pendekatan aktifitas sosial.
Konsep ini menekankan sifat hubungan
antara pemimpin dengan pengikutnya.
B.
Konsep
Efektif dan Efisien
Menurut Peter Drucker, efesiensi
berarti “melakukan kerja dengan benar” dan efektivitas berarti “melakukan
pekerjaan yang benar”. Efisiensi adalah suatu kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan benar, yakni menyangkut konsep “input-output”.[4]
Sementara itu, Heinz Weihrich dan
Harold Koontz mendefinisikan efektif adalah pencapaian sebuah tujuan atau
sasaran. Sedangkan efisien adalah pencapaian sebuah sasaran akhir dengan
memakai jumlah sumberdaya yang paling sedikit.[5]
C.
Fungsi
Kepemimpinan
Aspek ini terkait dengan
fungsi-fungsi yang akan mendukung tercapainya tim yang efektif sehingga
manajemen dapat dijalankan secara efektif dalam mencapai tujuan. Terdapat dua
fungsi yang terkait dengan hal ini, yaitu fungsi yang terkait dengan tugas atau
pekerjaan (task related function), dan fungsi yang terkait dengan
hubungan sosial atau pemeliharaan kelompok (group maintenance functions).
Fungsi yang terkait dengan tugas
atau pekerjaan memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam menjalankan berbagai
pekerjaan atau tugas yag telah direncanakan dalam suatu organisasi. Dengan
demikian kepemimpinan yang efektif adalah ketika pemimpin mampu mempengaruhi
orang-orang untuk dapat melakukan tugas-tugas yang telah dipercayakan kepada
mereka. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dengan hubungan sosial atau
pemeliharaan kelompok memfokuskan fungsi kepemimpinan dalam upaya untuk
senantiasa memelihara kesatuan diantara sesama pekerja, pengertian dengan dan
sesama mereka. Dengan demikian pemimpin yang efektif adalah ketika pemimpin
tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dengan tim kerja.[6]
D.
Indikator
Pemimpin Efektif dan Efisien
Pemimpin adalah seorang yang
berperilaku untuk mengarahkan aktifitas kelompok atau group ke tujuan yang
diinginkan. Dengan demikian, seorang pemimpin (leader) adalah seorang
manager yang efektif. Salah satu pendekatan yang dianggap tepat dalam melihat
indikator pemimpin yang efektif adalah dengan melihat peran-peran yang dimainkan
oleh seorang pemimpin.
Adapun peran-peran dari seorang
pemimpin yang dimaksud adalah sebagai berikut[7] :
1.
Sebagai
Figur
Seorang
pemimpin dituntut untuk dapat berperan sebagai simbol bagi organisasi yang
dipimpinnya. Tatkala pemimpin diperlukan untuk menjalankan sejumlah kewajiban
rutin yang bersifat legal dan sosial, maka keberadaan dan kehadiran seorang
sangatlah diharapkan.
2.
Sebagai
pemimpin (leader)
Tugas
sebagai pemimpin adalah bertanggung jawab untuk memotivasi dan mengaktifkan
bawahan: bertanggung jawab untuk mengisi posisi yang kosong (staffing),
melatih, dan tugas-tugas yang terkait. Pemimpin dianggap efektif, apabila mampu
membawa karyawannya menuju suatu kesuksesan.
3.
Sebagai
penghubung (liasion)
Tugas
utama yang dilakukan pemimpin sebagai penghubung adalah memelihara suatu
jaringan yang berkembang sendiri yang memberikan dukungan dan informasi.
4.
Sebagai
Pengamat (monitoring)
Peran
sebagai monitor menuntut seorang pemimpin untuk selalu aktif mencari informasi
yang dapat bermanfaat untuk organisasi.
5.
Sebagai
pembagi Informasi (disseminator)
Sebagai
kelanjutan dari perannya sebagai monitor, pemimpin perlu meneruskan informasi
yang diterima dari pihak luar atau dari bawahan kepada anggota organisasi.
6.
Sebagai
Juru Bicara (spokesperson)
Peran
juru bicara memposisikan pemimpin sebagai wakil organisasi dalam menyampaikan
informasi ke pihak luar.
7.
Sebagai
Wirausaha (enterpreneur)
Dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup organisasi, pemimpin perlu bertindak
sebagai wirausaha. Yaitu, mencari kesempatan-kesempatan dalam organisasi dan
lingkungannya serta memprakarsai proyek-proyek perbaikan untuk menimbulkan
perubahan-perubahan.
Adapun menurut Anton, peran-peran pemimpin adalah[8]:
1.
Pemimpin
adalah pelaku pertama yang memberikan contoh dalam melaksanakan berbagai tugas
atau program yang telah direncanakan dan disepakati bersama.
2.
Pemimpin
memiliki wawasan yang luas dalam merencanakan berbagai program dan
membicarakannya dengan semua stafnya.
3.
Pemimpin
yang membuat rencana juga memiliki kepandaian yang profesional tentang semua
yang ia rencanakan sehingga ia sebagai seorang yang ahli di bidangnya.
4.
Pemimpin
harus berperan sebagai representasi dari semua bawahannya. Citra sebuah
organisasi, keluarga, bangsa dan negara, termasuk lembaga pendidikan, berada di
tangan pemimpinnya.
5.
Pemimpin
berperan sebagai pengontrol dan pengawas semua aktivitas bawahannya.
6.
Pemimpin
bersikap tegas dan konsekuen dengan janji-janjinya sehingga bawahannya menaruh
kepercayaan besar terhadapnya.
7.
Pemimpin
tidak melakukan penghakiman kepada bawahannya, tetapi bertindak moderat,
menjadi penengah yang memberikan peluang bagi bawahannya untuk melakukan
berbagai perbaikan.
8.
Pemimpin
berperan sebagai akar yang menguatkan eksistensi institusi dan bawahannya.
Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang populis.
9.
Pemimpin
adalah sebagai pemegang peran utama yang bertanggung jawab terhadap semua kinerja
bawahannya.
Seorang
peneliti, Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan
sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif.
Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut[9]:
1.
Kemampuan
dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability) atau
pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan
pekerjaan orang lain
2.
Kebutuhan
akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan
sukses.
3.
Kecerdasan,
mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
4.
Ketegasan
(decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan
memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5.
Kepercayaan
diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah.
6.
Inisiatif,
atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian
kegiatan dan menemukan cara-cara baru dan inovatif.
Sedangkan Keith
Devis mengikhtisarkan 4 ciri/sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap
kesuksesan kepemimpinan organisasi[10]:
1.
Kecerdasan
2.
Kedewasaan
dan keluasan hubungan sosial
3.
Motivasi
diri dan dorongan berprestasi
4.
Sikap
hubungan manusiawi.
E.
Mewujudkan
Pemimpin yang Efektif dan Efisien
Dinamika kepemimpinan menimbulkan
interaksi antara pemimpin dengan anggota kelompok secara timbal balik yang
secara tidak langsung merupakan kondisi yang diciptakan oleh kekuatan aktif
didalam lingkungan organisasi (pimpinan dan kelompok kerja). Interaksi tersebut
bergantung dari dan diwarnai oleh “apa” yang akan dicapai, perilaku yang
terlibat, pengetahuan dan ide mereka serta kesempatan yang ada dalam
lingkungan. Aktivitas yang berulang atau rutin hanya memerlukan interaksi yang
sedikit, sedangkan bila aktivitas berubah-ubah secara terus menerus oleh ide
baru, memerlukan interaksi yang rumit dan besar.
Seorang pemimpin dapat dikatakan
seorang pemimpin apabila ia berhasil menimbulkan pada bawahannya atau
pengikutnya perasaan ikut serta, ikut bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
sedang dilaksanakandibawah pimpinannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Keikut sertaan tersebut akan lebih baik lagi apabila sesuai dengan kehendak
kedua belah pihak. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus mengesampingkan
kepentingan pribadinya sebagai pengorbanan untuk mencapai tujuan yang harus
diselesaikannya.
Seorang pemimpin adalah memimpin,
bukan memaksa, pemimpin mendorong bawahannya agar mencapai sasaran atau target
seoptimal mungkin walaupun kadang-kadang bawahannya tidak percaya dapat
mencapainya. Dalam hal ini pemimpin harus mengetahui karakter bawahan,
mengetahui hak dan kebutuhan mereka dengan sungguh-sungguh serta mau
menjalankan dan mencapainya dengan sungguh-sungguh. Pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk membangkitkan emosional daripada bawahan.[11]
Menurut Mahendra, untuk menjadi
pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut[12]:
1.
Selalu
bertindak untuk menemukan dan mendeteksi tanda-tanda ataupun kemungkinan akan
terjadinya perubahan dan/atau hambatan yang diperkirakan muncul pada hari ini
dan pada waktu yang akan datang. Kemudian mencari dan melakukan tindakan dan
pencegahan yang terbaik.
2.
Selalu
mau belajar dan bertindak dengan menyesuaikan diri dalam setiap kondisi
(perubahan), serta menerima dan menjadikannya sebagai hal yang bermanfaat bagi
perbaikan keputusan maupun tindakan.
3.
Selalu
berusaha menetapkan sasaran dan standar yang tinggi, jelas, dan wajar untuk
dicapai.
4.
Selalu
rasional dalam bertindak maupun dalam mengambil keputusan tanpa meninggalkan
intuisi positif yang ada.
5.
Bisa
memberikan dan mendukung terciptanya suasana kerja (tim kerja dan/atau kelompok
kerja) yang tepat dan nyaman, dengan tindakan yang meyakinkan dan tepat,
teladan yang jelas, konsisten, jujur dan patut dicontoh.
6.
Peka
dan mengenal dengan baik motivasi positif dari tim/stafnya, sehingga menggugah
setiap anggota tim untuk bekerja dengan antusias, penuh gairah dan memainkan
peranan yang penuh dalam mencapai sasaran organisasi secara keseluruhan.
Kepemimpinan efektif terjadi
manakala bawahan merespons karena ingin melakukan tugas dan menemukan
kompensasinya, tetapi dari otoritas yang mempribadi, lalu bawahan menghormati,
patuh dan taat kepada manajer, dan senang hati bekerja sama dengannya, kemudian
merealisasikan bahwa permintaan manajer konsisten dengan beberapa tujuan
pribadi bawahan.
Kepemimpinan yang efektif menurut
Chemers banyak bergantung pada beberapa variabel, seperti kultur organisasi,
sifat dai tugas dan aktivitas kerja, dan nilai serta pengalaman manajerial.determinan
yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan mencakup kepribadian, pengalaman
masa lampau, dan harapan dari atasan; kepribadian dan perilaku atasan;
karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan; persyaratan tugas, kultur dan
kebijakan organisasi; harapan serta perilaku rekan sekerja.[13]
Kepemimpinan yang diharapkan tentu
disamping integritas kepribadian, dituntut pula memiliki kepekaan
(pesponsiveness) terhadap kepentingan masyarakat dan masalah yang dihadapi
masyarakat, kemampuan memecahkan masalah serta kemampuan mengambil keputusan
yang tepat.
Dalam kaitan kepemimpinan yang
efektif tentu memiliki komitmen dalam pemahaman dan penghayatan serta
pengamalan norma-norma atau etika profesi dibidangnya. Sejauh ini pancasila
merupakan landasan etika di dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat sudah tidak lagi perlu doperdebatkan.[14]
F.
Penyakit
Kepemimpinan
Dalam memengaruhi transformasi
organisasi melalui perubahan budaya, mengubah pola pikir pemimpin lebih dahulu
merupakan hal yang penting. Untuk itu, kita harus memahami penyakit dari
kepemimpinan.
1.
Pemimpin
yang tidak mendengarkan
Penyakit
kepemimpinan terbesar adalah ketika pemimpin menolak untuk mendengarkan.
Terdapat pemimpin yang menolak nasihat yang baik, mereka yang menutup orang
lain untuk memberi saran atau gagasan yang baik dan mereka yang sangat dikuasai
oleh gagasannya sendiri yang tidak mempertimbangkan pandangan lainnya, kecuali
pendapatnya sendiri.
2.
Pemimpin
yang tidak mempraktikan apa yang dikatakan
Kesalahan
besar lain adalah kecenderungan menjadi munafik. Banyak yang mengatakan sesuatu
tapi tidak melakukannya. Mereka tidak membuat baik janjinya dan mereka
kelihatan tidak konsisten dan tidak berprinsip.
3.
Pemimpin
yang mempraktikkan Favoritisme
Pemimpin
cenderung memperlakukan beberapa staf lebih baik dari lainnya.
4.
Pemimpin
yang mengintimidasi orang lain
Pemimpin
sering mengunakan kekuasaannya dan mengintimidasi bawahannya.
5.
Pemimpin
yang mendemoralisasi orang lain
Pemimpin
menjatuhkan orang pada setiap kesempatan. Mereka hidup dengan menginjak ego
orang lain. Pemimpin tidak memberikan pujian dengan mudah, tetapi cepat mengkritik.
Mereka sering sinis dan curiga atas atas maksud dari bawahannya.
6.
Pemimin
yang gagal menciptakan arah
Pemimpin
yang terus berjalan tanpa mengambil pertimbangan perubahan lingkungan akan
menyebabkan ketidakpastian dan ketakutan di tempat kerja, yang pada gilirannya
memengaruhi moral staf dan kinerja.
7.
Pemimpin
yang tidak mengembangkan orangnya
Pemimpin
yang tidak melihat perlunya men-coach dan men-train orang lain.
8.
Pemimpin
yang merasa puas dengan dirinya.
Kesalahan
terbesar dalam kepemimpinan di samping kurangnya kompetensi adalah complacency
atau merasa puas dengan dirinya sendiri.[15]
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. Manajemen Pemerintah Daerah. 2011.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amirullah dan Haris Budiono. Pengantar Manajemen. 2004.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Athoillah, Anton. Dasar-dasar Manajemen. 2010. Bandung:
Pustaka Setia.
Bangun, Wilson. Intisari Manajemen. 2008. Bandung: Refika
Aditama.
Guswai, F. Christian. How to Operate Your Store Effectively Yet
Efficiently. 2007. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Handoko, Hani. Manajemen. 2003. Yogyakarta: BPFE.
Pasolong, Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. 2013. Bandung:
Alfabeta.
Silalahi, Ulbert. Studi Tentang Ilmu Administrasi. 2011.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Siswanto. Pengantar Manajemen. 2011. Jakarta: Bumi Aksara.
Sule, Ernie Tisnawati, dan Kurniawan Saefullah. Pengantar
Manajemen. 2005. Jakarta: Kencana.
Surjadi. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. 2012.
Bandung: Refika Aditama.
Syah, Mahendra Sultan. Manajemen Proyek. 2004. Jakarta:
Gramedia.
Umar, Husein. Bussiness An Introduction. 2003. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo. Manajemen Perubahan. 2012. Jakarta: Rajawali.
[1] Pasolong,
Harbani. Kepemimpinan Birokrasi. 2013. Bandung: Alfabeta. Hlm. 1
[2] Bangun,
Wilson. Intisari Manajemen. 2008. Bandung: Refika Aditama. Hlm. 131.
[5] Guswai, F.
Christian. How to Operate Your Store Effectively Yet Efficiently. 2007.
Jakarta: Elex Media Komputindo. Hlm. 2
[6]Sule, Ernie
Tisnawati, dan Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. 2005. Jakarta:
Kencana. Hlm. 259
[11] Silalahi,
Ulbert. Studi Tentang Ilmu Administrasi. 2011. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Hlm. 188
[13] Siswanto. Pengantar
Manajemen. 2011. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 165
[15] Wibowo. Manajemen
Perubahan. 2012. Jakarta: Rajawali. Hlm. 353-357